-->

Landfilling Andalan Pengelola Persampahan Di Indonesia

Kegiatan-kegiatan daur-ulang sampah sebelum diurug di landfill dapat dijumpai di beberapa TPA di Indonesia. Yang paling banyak dijumpai adalah pembuatan kompos. Beberapa TPA juga telah dilengkapi dengan unit insinerator modular. Abu hasil pembakaran tersebut di beberapa tempat digunakan sebagai pencampur bahan bangunan batako, karena mengandung silikat cukup tinggi. Konsep keterpaduan penanganan sampah adalah bagaimana agar sebanyak mungkin sampah yang dapat dimanfaatkan. Jadi landfilling bukan satu-satunya cara penanganan sampah di TPA. Di area ini misalnya dibangun sarana daur-ulang, dengan operasi utama pengomposan dan daur-ulang bagian non-hayati, disamping operasi landfilling biasa. Penyingkiran dan pemusnahan sampah atau limbah lainnya ke dalam tanah merupakan cara yang selalu digunakan, karena alternatif pengolahan lain belum dapat menuntaskan permasalahan yang ada. Di negara majupun cara ini masih tetap digunakan walaupun porsinya tambah lama tambah menurun. 
Landfilling Andalan Pengelola Persampahan Di Indonesia

Cara penyingkiran limbah ke dalam tanah, yang dikenal sebagai landfilling merupakan cara yang selalu digunakan, karena biayanya relatif murah, pengoperasiannya mudah dan luwes dalam menerima limbah. Namun fasilitas ini berpotensi mendatangkan masalah pada lingkungan, terutama dari lindi (leachate) yang dapat mencemari air tanah serta timbulnya bau dan lalat yang mengganggu, karena biasanya sarana ini tidak disiapkan dan tidak dioperasikan dengan baik.

Masalah bau, lalat dan asap tidak terlepas dari aplikasi tanah penutup. Tanah penutup juga akan mengurangi infiltrasi air hujan ke dalam timbunan, sehingga mengurangi kuantitas leachate yang terbentuk. Gangguan dapat pula terjadi melalui udara, yang menimbulkan persoalan bau dan persoalan gangguan pernafasan lainnya. Lalat merupakan salah satu gangguan yang sulit dihindari dari timbunan sampah yang sedang membusuk, apalagi bila tidak menerapkan tanah penutup harian. Lalat tertarik pada sampah karena bau yang ditimbulkan. Kebakaran dan asap banyak mendatangkan masalah pada landfill yang tidak dikelola secara baik. Api biasanya muncul karena adanya abu panas di dalam timbunan, atau adanya sinar matahari yang menimpa potongan kaca/gelas, atau adanya bahan lain seperti puntung rokok dan sebagainya. Timbulnya gas metan juga dapat memperlama kebakaran ini. Bila timbunan tersebut ditutup secara rutin dengan tanah penutup, sebetulnya api akan padam dengan sendirinya karena tidak tersedia oksigen.

Dari pengamatan di lapangan, biasanya pengelola persampahan di Indonesia menganggap sebuah landfill yang terletak di TPA dapat berjalan dengan sendirinya. Petugas khusus untuk mengatur dan mengelola di lapangan tidak disediakan. Oleh karena TPA merupakan tempat berkonsentrasinya sampah dari seluruh penjuru kota, dan kadangkala menerima pula sampah jenis lain, maka sebetulnya perhatian pengelola persampahan harus lebih serius lagi. Penanganan dan pembenahan sebuah TPA hendaknya menjadi prioritas pengelola persampahan. Dengan demikian, kesan masyarakat terhadap TPA sedikit demi sedikit akan berubah dan menjadi lebih baik.

Prinsip dasar dalam penggunaan metode landfilling agar mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul adalah :

  • Memilih site yang akan digunakan secara seksama
  • Merancang site yang telah dipilih seduai kaidah-kaidah yang berlaku
  • Membangun sarana ini sesuai dengan spesifikasi yang telah digariskan dalam rancangan
  • Megoperasikan sarana yang telah dibangun secara baik
  • Melakukan monitoring secara sistematis sejak mulai dioperasikan sampai pasca operasi.

Landfilling Andalan Pengelola Persampahan Di Indonesia