Salah satu jenis pengolah sampah yang sering digunakan
sebagai alternatif penanganan sampah adalah insinerator. Khusus untuk sampah
kota, sebuah insinerator akan dianggap layak bila selama pembakarannya tidak
dibutuhkan subsidi enersi dari luar. Jadi sampah tersebut harus terbakar dengan
sendirinya. Sejenis sampah akan disebut layak untuk insinerator, bila mempunyai
paling tidak nilai kalor sebesar 1500 kcal/kg kering. Untuk sampah kota di
Indonesia, angka ini umumnya merupakan ambang tertinggi. Disamping itu, sampah
kota di Indonesia dikenal mempunyai kadar air yang tinggi (sekitar 60 %),
sehingga akan mempersulit lagi untuk terbakar dengan sendirinya. Hambatan utama
penggunaan insinerator adalah kekhawatiran akan pencemaran udara. Insinerasi
modular juga sering disebut-sebut sebagai alternatif dalam mengurangi massa
sampah yang akan diuangkut ke TPA.
Beberapa Dinas Kebersihan juga mempunyai
minat yang serius dengan pembakaran sampah di tingkat kawasan sebelum sampah
diangkut ke TPA. Persoalan yang timbul adalah bagaimana mencari lokasi yang
cocok, dan yang paling penting adalah bagaimana mengurangi dampak negatif dari
pencemaran udara. Dari sekian banyak jenis pencemaran udara yang mungkin
timbul, maka tampaknya yang paling dikhawatirkan adalah munculnya Dioxin, yang
mengakibatkan Jepang mengkaji ulang insinerator sampah kotanya akibat hal ini.
Kondisi operasional dengan mempertahankan temperatur yang tinggi (di atas 800
oC) merupakan salah satu upaya mengurangi timbulnya dioxin.
Energi dari proses termal |
Energi panas dari sebuah insinerator di negara
industri sudah banyak yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untuk
pemanas kota di musim dingin, pembangkit tenaga listrik. Pemanfaatan enersi ini
tentu saja membutuhkan kesiapan yang matang, seperti pasar yang akan membeli
dan sebagainya, sebab biaya investasinya akan lebih mahal dibandingkan
insinerator biasa. Dengan nilai kalor sebesar 1000 kcal/kg, sebetulnya akan
diperoleh overall efficiency sampai menjadi listrik kurang dari 5 %, yang
besarnya kira-kira 6000 kW untuk 1000 ton sampah. Jenis sampah yang dianggap
baik untuk dikonversi menjadi listrik biasanya bila mempunyai overall
efficiency paling tidak 10 %.
Energi dari proses termal